Just Wisdom: Para pencari tuhan

Bismillahirrohmanirrohim...

eits, tunggu dulu. Ini bukan judul lagu, apalagi judul sinetron. sebenernya saya mau berbagi pengalaman unik saya selama gaul sama orang jepun. yu know lah, kenapa saya nulis judulnya begitu. Jepang, adalah negara maju, namun ternyata banyak orang yang tidak beragama disana. akibatnya? saya rasa Jiwa orang disana kering kerontang, tidak bahagia. Ini ditandai dengan tingginya tingkat bunuh diri di Jepang. suatu hal yang bertolak belakang dengan kemajuan teknologi. Namun kali ini saya berkesempatan bertemu dengan sahabat saya dari Negeri Sakura, selama 14 hari hidup bersama, dan saya rasa dia adalah seorang Spiritual Seeker, seorang yang sedang melakukan pencarian spiritual. saya cukup salut, mengapa? karena pencarian spiritual apalagi diusianya yang baru 19 tahun adalah sebuah hal yang sulit. saya yang mendeklarasikan diri saya sendiri sebagai The Student Of Life juga merasa bahwa spiritual terus dicari sepanjang hidup kita, sampai kita  mati dan beristirahat dari lelahnya mencari dan belajar...

siang itu, saya sedang asik membaca sendirian di lantai dua setelah kami lelah mengajar di SD. tiba tiba datanglah Yu Hamada, membawa I-Phone dan duduk dihadapan saya. kelihatannya ada yang ingin dia bicarakan, jelas dari sikap tubuhnya. jadi, kubiarkan saja sambil terus membaca.

"em, ojii-chan (saya dipanggil gitu sama teman2 saya, artinya engkong dalam bahasa Jepang), do you have time? i want to ask you some question."
naaah... bener gak? batin saya dalam hati

"yes, what kind of question?"

"em... apakah semua senang?" tanyanya terbata bata sambil melihat ke I-Phone
saya mengernyitkan dahi, gak nangkep maksudnya, tata bahasanya jelas salah. setelah berpikir sejenak akhirnya saya menangkap maksudnya, mungkin maksudnya adalah apakah semua hal dalam hidupku itu membahagaiakan?

"ya, of course i always happy, in my life, and i very precious about that."

"oke, next question, apa yang dibutuhkan untuk jadi senang?"

hahaha, saya tertawa, mungkin maksudnya adalah bagaimana menurutmu untuk mencapai kebahagiaan?

saya jawab saja bagi orang Indonesia, kebahagiaan itu tidak dirasakan oleh tubuh, namun oleh hati dan jiwa, itulah sebabnya ketika kita berdoa, merasa senang, menangis bahagia, kita memejamkan mata kita, karena kebahagiaan dirasakan oleh jiwa, bukan mata kita. Spiritualisme! itulah jawaban saya, meskipun orang Indonesia kebanyakan masih miskin, hidup susah, namun mereka adalah orang orang yang bahagia. karena mereka bertuhan, dan bersyukur atas segala nikmat yang diberikan-Nya. lalu saya tanyakan apakah ia setuju bahwa Uang bukanlah sumber kebahagiaan? ia mengangguk setuju, tersenyum.

"the last question, boleh ambil foto? muka manis.." katanya lagi perlahan, kesulitan mengucapkan kalimat dalam bahasa Indonesia. saya tertawa dan ia kemudian memfoto saya. ketika saya tanya mengapa ia menanyakan pertanyaan seperti itu, ia bilang ia sedang belajar kebahagiaan dari banyak orang. dari seluruh relawan Indonesia..

beberapa hari kemudian, ketika relawan lain tidur siang, saya kembali asik membaca di tangga. tiba tiba Yu kembali datang dan mengajukan pertanyaan pertanyaan. kali ini lebih serius dan tak jarang membuat saya pusing menerjemahkannya ke bahasa Inggris. mulai dari masalah Tuhan dalam konsep agama Islam dan Jepang, konsep surga dan neraka, konsep kebutuhan beragama, bahkan ke masalah terorisme. jadi saya buat saja obrolan kami dalam bahasa Indonesia.

ada beberapa pertanyaan yang cukup menohok saya...

ia bertanya, meskipun kami tidak bertuhan, namun kami adalah orang orang baik..

haha, benar sekali, anda, masyarakat Jepang, adalah masyarakat yang sangat disiplin, menjunjung tinggi rasa hormat, dan rasa malu. tingkat kriminal disana jarang. sayapun merenung... kalau begitu, saya belum sepenuhnya merasa diawasi oleh Alloh...

dan pertanyaan terakhir adalah ia bertanya,
"seandainya kamu dilahirkan di Jepang, apakah kamu akan bertuhan dan menjadi seorang Muslim?"

waw... tamparan yang sangat sangat jelas. tercenung dan berpikir..
"apa kamu percaya takdir?" alih alih menjawab pertanyaan, saya justru bertanya balik.

"ya.." katanya

"kalau begitu, aku gak tau, inilah takdir. Manusia itu harus terus berusaha sampai takdir Tuhan terbuka untuknya.."

Diskusi itu terpaksa saya akhiri karena tiba tiba ia menangis, sesenggukan, entah mengapa.. Setelah saya coba untuk menjelaskan agama Islam padanya, sebisa yang saya mampu, segamblang yang saya tahu.. dengannya saya berdoa agar suatu saat Allah Ta'ala berkenan memberikan pintu hidayah padanya

Dibandara, ketika saya mengantar untuk kembali pulang ke negerinya, ia berkata pelan sambil menjabat erat tangan saya
"i will missed our conversation.."