Review Film: Shaolin (2011)

There is three methods we may learn wisdom..first, by reflection, which is noblest...
second: by imitation, which is easiest
and third, by experience, which is bitterest (confucius)

Hebat! begitu komentar saya yang pertama setelah nonton film Shaolin (2011) ini. yah, denger denger sih film yang dibintangi Andy Lau (Jendral Hou Jie) sama jackie chan ini remake dari film awal shaolin temple jadul yang dibintangi oleh jet li. film ini bisa dibilang sukses di daerah asalnya, China.


Kalo boleh jujur, film ini kental banget sama nuansa filosofisnya, terutama nuansa buddhismenya (ya jelas aja judulnya aja shaolin, coba kalo santri, hehehehe). kalo boleh juga membandingkan apple to apple, maka film ini mirip2 dengan film the last samurai, bukan dari jalan cerita, tapi dari sudut membedah nilai nilai filosofi akan sebuah way of life.

sengaja saya petikkan kutipan kata kata confusius diatas, sebab sangat cocok dengan film ini, dimana seorang jendral kejam dan bengis (Andy Lau) bisa kemudian berubah menjadi sosok biksu yang santun.

film ini berlatar sesaat setelah dinasti terakhir cina runtuh, dan keadaan negara kacau balau. setiap daerah/provinsi dikuasai oleh para jendral yang berebut pengaruh melalui perang. salah satunya adalah Hou Jie yang menguasai kota Den Feng. perang yang berlarut larut membuat banyak penduduk menderita dan mencari perlindungan ke kuil shaolin. salah satu jendral yang berhasil dikalahkan oleh Hou Jie juga melarikan diri ke kuil shaolin, disinilah kontak pertama Hou Jie dengan para biksu Shaolin. Hou Jie bersama pasukannya memasuki kuil shaolin dan membunuh Jendral yang kalah tersebut.

Kontak Pertama
Hou Jie semakin serakah dengan mencoba membunuh kakaknya yang juga seorang jendral. namun ternyata ketika ia membunuh kakaknya, orang kepercayaannya yang bernama Cao Man (Nicholas Tse) mengkhianatinya. meskipun Hou Jie berhasil selamat namun anaknya terluka parah. dalam keputusasaan ia pergi ke kuil shaolin dan memohon agar anaknya bisa selamat, namun terlambat, anaknya tewas dan istrinya meninggalkannya. fase inilah yang disebut confucius "the bitterest way to learn wisdom." pengalaman..

Pengalaman
 karena putus asa, Hou Jie kemudian berjalan tak tentu arah di sekitar kuil shaolin. disinilah ia bertemu dengan Wudao, seorang tukang masak shaolin (Jackie Chan) yang kemudian berhasil membuka matanya akan kesalahan kesalahannya. Hou Jie akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang biarawan dan tinggal di kuil shaolin, dengan niat awal untuk bersembunyi dari kejaran tentara Cao Man yang mengiranya telah tewas.

Di Kuil Shaolin, Hou Jie belajar banyak, tentang arti hidup (disini saya berpendapat ada kemiripan sama film the last samurai) dari seorang tukang masak. belajar seni beladiri untuk melepaskan rasa kesalnya, membaca buku buku di kuil. perlahan Huo Jie berubah, ia menemukan jalan hidupnya sendiri dan prinsip prinsip shaolin.


Belajar dari tukang masak

Beladiri Shaolin
suatu hari, Huo Jie dimintai tolong penduduk untuk mencari anak remaja mereka yang menghilang sejak dibawa tentara Cao Man. ternyata anak anak muda tersebut dipekerjakan untuk menggali artefak artefak kuno cina yang kemudian dijual ke pihak asing untuk ditukar dengan senjata. setelah itu para pekerja tersebut dibunuh. Huo Jie pergi menolong, akibatnya ia ketahuan masih hidup.

Cao Man segera bergerak ke kuil shaolin untuk menangkap Huo Jie. Huo Jie menyerahkan diri kepada Cao Man. ia juga merencanakan untuk membebaskan pekerja yang tersisa dengan bantua para biksu shaolin lainnya. Para pekerja berhasil dibebaskan, namun beberapa biksu shaolin tewas terbunuh. Cao Man sangat marah dan mengerahkan tentaranya untuk menyerbu kuil shaolin.
penyerbuan

sementara itu di kuil shaolin penduduk yang berlindung di kuil diungsikan ke gunung, sementara biksu shaolin yang lain berusaha mempertahankan kuil dari serbuan tentara Cao Man. disini cerita mencapai klimaksnya, dimana biksu yang bersenjatakan toya dan pedang berhadapan dengan tentara dengan persenjataan modern (entah kenapa disini saya jadi ingat peristiwa penyerbuan pesantren KH Zainal Mustofa oleh tentara Jepang di era penjajahan jepang). pihak asing (amerika) yang tidak mau menyia nyiakan kesempatan ini (sekali tepuk dua nyamuk mati) juga membombardir kuil shaolin dengan meriam yang menyebabkan banyak pasukan cao man dan para biksu mati.
perlawanan shaolin
tentara asing
dilain pihak, Cao Man dan Huo Jie bertarung satu lawan satu. Cao Man kalah. tidak hanya fisiknya yang kalah, namun juga hatinya. ya, Huo Jie menolongnya ketika ia hampir tertimpa balok kayu yang runtuh akibat bombardiran tentara asing. Huo Jie tewas setelah ia berhasil mengalahkan Cao Man, jiwa dan hatinya.
Huo Jie
biksu shaolin yang tersisa berhasil mengalahkan pasukan altileri amerika, namun kuil shaolin sudah hancur. di tengah penyesalannya, Cao Man tersadar dan melihat kehancuran yang telah diperbuatnya. diiringi musik yang sangat apik dan khas, scene penyesalan Cao Man menjadi daya tarik tersendiri dalam film ini. sisa sisa para biksu dan penduduk akhirnya berhasil mencapai tempat aman. film ditutup dengan adegan para biksu yang berlatih di bawah salju...
Kehancuran
Film ini adalah film kedua setelah The Last Samurai yang membuat saya kagum akan sebuah nilai kehidupan. membuat saya kagum akan bagaimana mempertahankan prinsip prinsip mereka. sebuah film penuh makna filosofis yang mendalam. semoga saja Indonesia bisa secepatnya membuat film film berkualitas semacam ini, agar nilai nilai yang bangsa kita anut juga bisa dikenal dan dikagumi oleh orang orang di belahan dunia lainnya



Tidak ada komentar:

Posting Komentar