14 hari bersama jepun 1: mereka kagum dengan Indonesia

bismillahirrohmanirrohiim...

ini catatan pertama saya selama ikut workcamp (semacam kerja kerelawanan) bersama mahasiswa dari Jepang di Tegalrejo, sebuah tempat prostitusi di Kabupaten Semarang. akan saya buat berseri, termasuk alasan saya ikut workcamp.

Waktu itu hari ketiga, setelah makan malam. saya masih asik berkutat dengan laptop sendiri. melihat Ben dan Runa -teman saya- mengobrol dengan Akane. terlihat seru sekali. saya mencoba menajamkan telinga saya, dan ternyata Ben sedang memperkenalkan Indonesia kepada Akane.

saya bergabung, dan kemudian datang dua orang jepang lainnya, Kayo dan Yuu. tiba tiba Yuu mengangkat tangannya dan bertanya,
"I have a question, you are all Indonesian (sambil nunjuk kami bertiga), but why you face is look soo different?"

ya, saat itulah saya tersadar. bahwa ternyata ketika saya melihat orang jepang, mereka terlihat homogen. kulit putih mendekati pucat, mata sipit, bibir tipis. sedangkan kami? wah, saya berkulit gelap, dua teman saya dikatakan mirip orang Thailand dan Korea. dari pertanyaan tadi kemudian mengalir pertanyaan pertanyaan lainnya seputar negeri ini. Kayo dan Akane sampai berlari ke kamar untuk mengambil buku panduan tentang Indonesia saking tertariknya dengan cerita kami.

Ya, kami katakan kepada mereka bahwa negeri kami, Indonesia, tersusun oleh lebih dai 17.000 pulau. mereka berteriak "Sugooi!!! berapa tahun yang dibutuhkan untuk mengunjungi seluruh pulau?"

Kami ceritakan juga bahwa negeri ini terdiri dari lebih dari 700 suku bangsa, dan 583 bahasa yang berbeda, menjadikan Indonesia sebagai negara paling majemuk di dunia. mereka tercengang ketika kami berbicara dalam bahasa daerah kami masing masing dalam suku kata yang jauh berbeda. kata makan, kami ucapkan dalam bahasa daerah kami,
Mangan!
Dahar!
Gegares!
Ben bercerita ketika ia berkunjung ke Bandung (sambil menunjuk peta pada buku panduan) ia sama sekali tidak mengerti bahasa daerahnya. Teman teman relawan dari jepang berkomentar, "apakah rasanya seperti pergi ke luar negeri?" ben menjawab, "ya, karena beda kebiasaan dan bahasa."
mereka tercengang sambil berkata, "how come! (bagaimana bisa?) kami memiliki beberapa dialek namun masih terdengar similar (mirip) dan kami masih mengerti. namun negeri kalian memiliki bahasa yang sangat jauh berbeda, sugeeeiii". jujur saat itu saya merinding... bangga sekali...

Kami kisahkan juga tentang kerajaan kerajaan yang masih ada di pulau Jawa hingga saat ini. Jogja, Surakarta, Cirebon. mereka terheran heran, bagaimana di sebuah negara demokrasi ada kerajaan yang masih hidup, bahkan rajanya menjadi gubernur tanpa pemilu. Kayo berkata "its not fair!". namun ketika kami menjelaskan ia mengerti bahwa memang kemajemukan kami adalah alasannya.

Ketika kami kisahkan tentang jaya nusantara lama, Borobudur, mereka bilang bahwa nenek moyang kami, adalah bangsa yang berperadaban tinggi. tidak heran mereka bilang "Im very very very very want to go to Borobudur and Jogja Kingdom!"

mereka berkesimpulan. bahwa memang sangat sulit menjadikan negeri sebesar dan sekaya Indonesia sebagai sebuah negara maju. namun dalam hati saya bertekad, tidak akan membiarkan ini lama terjadi, tidak juga oleh koruptor, tidak juga oleh orang yang hanya bisa menghina negerinya sendiri. akan kami jadikan negeri kami juga seindah dan semaju kalian, sedisiplin dan serajin kalian..

mereka juga berkesimpulan, bahwa betapa beruntungnya kami memiliki bahasa persatuan, bahasa Indonesia. saat itu juga saya paham makna akan janji pemuda pendahulu negeri ini, bahwa bahasa persatuan adalah bahasa indonesia. menyatukan 583 bahasa yang berbeda, sehingga kami bisa berkomunikasi satu dengan yang lainnya! wah!
Relawan

1 komentar: