Just Wisdom : Belajar beladiri

Bismillahirrohmanirrohiim..

Beladiri, adalah sebuah dunia yang betul betul unik. terkadang bagi saya beladiri terdengar utopis, terkadang beladiri juga terdengar kontradiktif, namun pesonanya mampu membuat orang yang sudah terjun ke dalamnya enggan untuk keluar.



Jujur saja, saya sudah jatuh cinta pada dunia ini sejak usia taman kanak kanak. saya masih ingat dengan jelas pengaruh film kungfu boy pada saya. Berlatih -lebih tepatnya berkhayal- jurus tongkat berpilinnya Sie Fan dengan gagang sapu hingga pohon yang ada di depan rumah berlubang. atau berlatih kungfu peremuk tulangnya guru Yosen dengan berendam dalam bak mandi. namun, sebagai anak Indonesia yang baik dan dari keluarga yang mencintai budaya sendiri, saya berlatih pencak silat sejak kelas 5 SD.
Pencak Silat
Ya, pencak silat. saya tidak tau nama alirannya saat itu. tapi yang saya tahu hanya pencak silat betawi. dulu guru saya adalah seorang guru agama bernama Pak Sabihis. hmm.. klasik sekali, seperti dalam film silat jaman dulu.

Namun sejatinya apakah beladiri itu? semakin saya menyelami, beladiri adalah sebuah lautan mahaluas yang tidak bertepi. sebagaimana layaknya ilmu lain. namun dalam beladiri kita dituntut untuk bijaksana dan dewasa. jika tidak, maka kita hanya akan menemui celaka.

Dalam pengalaman saya belajar yang sangat singkat ini. Orang yang paling cepat menangkap pelajaran adalah orang yang bisa mengosongkan dirinya.. Lha?

jadi begini, kosong adalah dimana kita benar benar menerima bimbingan yang diberikan oleh guru kita. Jika kita disuruh melakukan teknik oleh guru kita, lakukan saja! jangan dulu berpikir jika nanti orangnya berontak demikian dan demikian, karena jika kita berpikir macam macam, maka kita tidak akan mendapat apa apa, tidak akan mendapat teknik yang sedang diajarkan, apalagi tentang teknik yang kita tanyakan. atau singkatnya, semua ada tahapannya..

mengosongkan saja, bagi saya tidak cukup. Ibarat gelas kosong yang mau diisi oleh Teh hangat dari sebuah teko. gelas kosong tidak akan berarti jika Letak Gelasnya berada lebih tinggi dari teko. artinya, kita tidak hanya dituntut untuk mengosongkan gelas, tapi juga merendahkan diri kita di depan sang guru.
Menjadi gelas kosong
Disinilah kita harus mengendalikan ego kita. mengalahkan diri kita dahulu. Itulah mengapa dahulu para pendekar sebelum belajar ilmu Silat mereka belajar ilmu agama bertahun tahun. Bahkan hanya disuruh mengisi bak wudhu masjid selama bertahun tahun. karena yang dikalahkan adalah musuh yang tak terlihat namun sangat berbahaya. diri kita sendiri.

Yah, bagi saya pribadi, belajar beladiri adalah belajar pengendalian diri, belajar mendewasakan diri, atau istilah kerennya "mature in this way". saya yang cetek dan bodoh ini diminta oleh guru saya untuk mulai melatih silat. bertemu dengan berbagai macam karakter orang yang belajar silat. Seorang pelatih dituntut tidak hanya mengajarkan teknik, namun juga filosofi dan semangat pengendalian diri. Utopis dan Omong Kosong jika kita mengajar beladiri hanya dengan filosofi saja tanpa teknik. dan Berbahaya jika kita hanya mengajarkan teknik tanpa semangat pengendalian diri.

Semangat beladiri yang ditularkan silat, dan seluruh beladiri yang pernah saya pelajari, adalah satu dan sama, mengajarkan pengendalian diri, karena kita memiliki senjata mematikan dalam tubuh dan mempelajari cara mengalahkan orang selembut apapun teknik kita, juga mengajarkan semangat kesatria dan pantang menyerah, sebagaimana yang ditunjukkan oleh para pendekar pendekar jaman dahulu yang gigih membela kebenaran dan prinsip prinsip hidupnya.
Pendekar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar