Just Wisdom#1: kenapa lelaki pengeja angin?

Bismillahirrohmanirrohim...

Oleh karena aslinya gua ntu bingung bin keder mo posting apaan di pertamanya eni blog. gua posting aja dah ngapa gua make ni nama.

(bahasa berobah)

Saya memakai nama blog lelaki pengeja angin dengan beberapa alasan. kata pertama, lelaki, jelas saya seorang lelaki. hidup biasa apa adanya.



kedua, pengeja. tiap orang yang belajar -apapun itu- pasti melalui proses yang namanya mengeja. sebelum kita bisa membaca dengan lancar kita mengeja huruf demi huruf, sampai akhirnya terbentuk sebuah kalimat utuh, yang memiliki makna, yang dapat kita resapi. begitu pula belajar berjalan, saat tertatih di hadapan kedua orangtua kita, saya ibaratkan bahwa kita sedang mengeja, mengeja langkah demi langkah. hingga kita bisa berjalan lancar, berlari, melompat, memanjat pohon.. (hehehe). semua dilakukan melalui proses mengeja. maka saya memutuskan memakai kata pengeja, seseorang yang berusaha perlahan lahan dan gigih untuk memahami, memahami apapun, sedikit demi sedikit.. sampai akhirnya ia mengerti...

ketiga, angin!
mengapa angin? oke, jujur saya terinspirasi oleh sebuah buku yang menceritakan kehidupan Rosululloh Shallallohu 'alaihi wasallam -dan saya belum membacanya-. akan tetapi di sampul depan buku tersebut tertulis kata, lelaki pengeja hujan. terus terang saja saya terpukau dengan pemilihan katanya. maka saya gantilah dengan angin..
angin adalah kekuatan alam, lihatlah betapa angin tornado bisa meluluhlantakkan sebuah kota dan peradaban dalam sekali tiup.. hancur, terbang terhempas..

angin adalah perwujudan kelembutan,  dia bisa mengalun lembut... berdesir... membelai rambut rambut dan wajah kita, seperti ketika kita kelelahan dalam perjalanan panjang, kemudian beristirahat di bawah sebuah pohon di padang rumput atau di hamparan sawah.. ah, indah sekali

angin adalah perwujudan cinta kasih dan tindakan nyata dalam diam, kok? haha, mungkin kita tidak pernah terpikir di benak kita bahwa tanpa angin, maka serbuk sari tidak akan bisa membuahi putik. tanpa angin pula maka awan mendung tidak akan bisa terbawa sampai ke daerah yang membutuhkan curahan hujan, tanpa angin manusia tidak bisa membuat kincir kincir raksasa, untuk memenuhi kebutuhannya. namun angin diam, tidak terlihat, menyelinap, dan pergi dengan tulus ikhlas, ia tetap angin, tetap berbisik bisik dengan bersahaja...

maka dari itu, saya namakan blog baru saya ini, lelaki pengeja angin... akan saya tumpahkan disini, apa saja, dalam hidup saya, dalam pengembaraan saya, dalam proses melelahkan saya untuk belajar, untuk mengeja kehidupan, agar saya menjadi seorang manusia, seorang hamba Alloh, kemudian ketika sampai masanya, berlalu seperti angin.. yang meskipun tidak terlihat atau bahkan tidak disadari, seluruh manusia bisa merasakan manfaatnya.. kekuatannya...

semoga Alloh memudahkannya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar