Just My Story #1 : korupsi yang Diajarkan (a untold story)

Siapa heran? siapa miris? siapa tragis?

hah, sudah cukup muak saya dengan korupsi di negeri ini, dan muak pula ketika saya "mengutuk" perilaku pejabat di negeri ini saya pun "dikutuki" pula oleh beberapa teman saya. katanya, cobalah lakukan sesuatu!

subhanalloh... saya memang belum bisa melakukan aksi nyata banyak banyak, tetapi setidaknya kisah ini juga sebagai salah satu jawaban atas pertanyaan "apasih yang elu lakukan?" dan yang sebangsanya. jujur kisah ini saya share bukan untuk mengangkat aib lama

ceritanya sudah cukup lama. sewaktu Ujian Nasional SMA hampir tiba di tahun 2007. saya bersekolah di sebuah SMA Negeri Favorit di kota Bekasi. SMAN 4 Bekasi.


hari itu, saya lupa tepatnya hari apa, ketika pelajaran tambahan usai, datanglah seorang guru ke kelas kami. beliau berbicara panjang lebar mengenai masalah yang bikin kami semua galau, Ujian Nasional. di ujung penjelasan beliau, secara perlahan dan tersirat mengajak kami semua untuk bersama sama patungan membeli kunci jawaban Ujian Nasional tahun ini. reaksi teman teman saya sekelas bermacam macam, tidak sedikit yang menunjukkan reaksi lega. namun saya gelisah dan tidak tenang. jujur sumber kegelisahan saya terbesar saat itu adalah "ketahuan". setelah menyebutkan jumlah yang harus kami kumpulkan (saya lupa berapa jumlah tepatnya) kemudian beliaupun keluar.

kelas riuh...
rata rata semuanya gembira ada celah nyontek disana..
saya agak goyah..
namun tiba tiba seorang teman sekelas saya, perempuan berjilbab syar'i, menghampiri saya..

"menurut ente gimana yu?" Tanya dia

saya meminta waktu untuk berfikir. dikepala saya berkecamuk,
kesetiakawanan, mengingat teman teman terdekat saya semuanya setuju membeli jawaban tersebut.

takut, takut Tuhan, takut ketahuan, takut tidak jujur, takut pada diri saya sendiri.

lalu moralitas. kemana semua materi Pelajaran Agama yang bertumpuk tumpuk itu? kemana larinya kebijaksanaan ajaran guru guru kami agar jujur? kemana larinya berlembar lembar omong kosong pengamalan pelajaran kewarganegaraan?
saya diam... diam...
kemudian pergi menemui wali kelas..

didalam ruang guru saya diceramahi, diminta agar tidak membocorkan rahasia ini kepada pihak manapun. akhirnya kami berdua diizinkan untuk tidak berpartisipasi dalam nyontek massal ini. saya juga meminta izin agar saya bisa mengajak teman teman lain untuk tidak ikut gerakan nyontek massal ini. tapi saya tidak diizinkan. beberapa guru mencibir, beberapa mendukung saya, termasuk wali kelas saya. hari itu berakhir dengan aneh...

hari kedua ujian nasional

ternyata sistem distribusi kunci jawaban melalui koordinator kelas, lewat sms, kemudian disebar menurut jenis soal (saat itu cuma ada dua jenis soal). beberapa siswa mencocokkannya dengan jawaban hasil mikir mereka masing masing, dan 90% cocok.

istirahat, saya dihampiri teman saya sekelas tadi, si perempuan berjilbab syar'i. ia menangis dihadapan saya, sesenggukan, bahkan terlihat sangat emosi, ia membanting seluruh isi tasnya dihadapan saya. saya bingung, ia bercerita bahwa kami telah dituduh membocorkan "rahasia" kami kepada pihak pengawas. sekolah pun gempar.

kami berdua, hanya kami berdua dari seluruh sekolah yang tidak membeli kunci jawaban. maka jika ada kabar pihak pengawas tahu, jelas kami tersangkanya. usaha saya mengajak teman teman secara sembunyi sembunyi untuk tidak membeli jawaban tersebut juga gagal..

saya emosi, namun beberapa teman dekat saya menenangkan dan mendukung kami berdua. sisanya, memandang kami berdua sok suci, sok idealis. bahkan arum, nama teman saya tersebut, dikucilkan di ruangan ujiannya...

selesai ujian hari kedua saya menemui walikelas saya. protes, dan menyangkal bahwa saya dan arum membocorkan kepada pihak pengawas ujian. kamipun disidang.

saya, arum, dan wali kelas kami disatu sisi,

kemudian ada perwakilan tiap kelas. dihadirkan juga saksi yang menuduh kami membocorkan soal, guru yang menjual kunci jawaban, dan beberapa guru lain disisi lain

dihadapan kami berdua, saksi tersebut bungkam. ketakutan dan meminta maaf. saya meminta nama kami berdua dibersihkan. ternyata ada kongkalikong busuk juga dengan pengawas ujian dengan prinsip sama sama saling bantu murid. 

 di dalam ruang sidang saya kemudian berbicara "percuma kalian semua nangis nangis sewaktu acara istigosah meminta kelulusan, toh lulus kalian tidak barokah! cara curang!" saya tidak mengadukannya peristiwa nyontek massal tersebut pada siapapun pada saat itu,

bagi yang jujur, mungkin saya dipandang pengecut, tidak mau melaporkan kejadian tersebut. saya berkonsultasi dengan orangtua saya, dan beliau berdua menyarankan agar kelakuan saya cukup sampai disini saja dan tidak usah membuat geger dengan bikin laporan. demi itu, saya terima nasihat mereka berdua

bagi yang ikut meramaikan acara nyontek massal, mungkin saya dibilang sok suci, tapi biarlah, Alloh mengetahui niatan saya, dan semoga Dia meluruskan niat saya...
***

dari sini, saya semakin sadar, bahwa memang ada yang salah dari sistem pendidikan kita. dari sekolah kami, kami diajarkan, oleh oknum oknum tertentu, untuk berlaku curang. dan para koruptor, memang dilahirkan, dipelihara, dididik, bahkan didukung dan dibela, tanpa kita sadari, di sekitar kita semua. berlaku jujurlah... meskipun sulit terkadang, namun berusahalah.

kita mungkin pernah kehilangan jalan sebagai seorang pelajar, sebagai seorang anak, dengan berlaku curang, berlaku kurang ajar. namun, jadilah manusia seutuhnya, karena tidak pernah ada orang yang kehilangan jalannya sebagai seorang manusia...

Gerakan Guru Anti Korupsi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar